Nostalgia Mengenal Indonesia
#ToponimHariIni
Saya berkesempatan menjalani survei perdana sejak pindah unit kerja di kantor, kegiatan lapangan ini tentu terasa istimewa, pertama karena saya akan membersamai puluhan orang melaksanakan kegiatan inventarisasi nama rupabumi, yang kedua karena lokasinya di sebagian wilayah Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur, satu dari dua kabupaten, selain Penajam Paser Utara (PPU) yang diputuskan Presiden Joko Widodo akan menjadi ibukota di masa datang. Selama dua minggu, puluhan tim menyebar di beberapa lokasi, tentu saja seru dan menyenangkan.
Apa saja yang dilaksanakan selama survei?. Jika diceritakan secara ringkas ada dua kegiatan utama, yaitu pengambilan data di lapangan dan pengolahannya. Berdasarkan rencana awal yang sudah disusun di kantor, di gedung baru saya, Pusat Rupabumi dan Toponim, ada setidaknya 1000 titik yang harus diakuisisi datanya. Data awal didapatkan dari banyak sumber, yang intinya mengiventarisasi obyek yang harus dicek nantinya, baik berupa titik, garis maupun luasan. Dalam konsep sederhana pemetaan, satu fitur di muka bumi memang dapat dikategorikan bentuknya dalam tiga pendekatan tersebut, apakah digambarkan sebagai titik, misalnya untuk tempat dengan satu gedung, atau sebagai garis misalnya jalan, atau kompleks perkantoran sebagai luasan.
Saya akan ceritakan detil surveinya kapan-kapan. Kali ini saya ingin berbagi saat melaksanakan akuisisi data di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kecamatan Loa Janan itu luas sekali. Sudah naik mobil dari ujung jalan satu ke ujung jalan yang lain, masih juga masuk Kecamatan Loa Janan. Tanggal 8 Februari 2020, saya mencatat data di sepanjang jalan Widya Gama dengan obyek beragam, kebanyakan tentu fasilitasi umum dan sosial misalnya sekolah, pasar, masjid dan musala. Iya musala, anda tidak sedang salah baca, karena sejatinya saya juga baru tahu kalau kata baku untuk mushola, mushala adalah musala. Pada sebuah titik pemberhentian, tim saya turun untuk memasukkan data toponim ke aplikasi SAKTI di HP. Apalagi itu aplikasi SAKTI? Saya ceritakan kapan-kapan juga.
Tidak ada yang istimewa sekali sebenarnya dari dua obyek yang kami data, berupa pasar dan sekolah itu. Hingga saya masuk ke kompleks sekolah, SDN 015 Loa Janan. Masuk ke dalam kompleks memang harus dilakukan terutama jika data yang diambil adalah luasan karena foto pendukung yang harus diunggah ke aplikasi sebaiknya lebih dari satu. Foto utama haruslah foto yang menampilkan informasi nama, tempat yang biasanya tersaji di plang papan nama di depan sekolah. Foto lain, biasanya mendokumentasikan kenampakan kompleks wilayah tersebut.
Memasuki kompleks sekolah, saya langsung takjub dan seketika tersenyum lebar mendapati ada satu tampilan memukau di dinding gedung paling depan. Peta Indonesia. Iya memang Peta Indonesia sudah biasa digambar pada dinding sekolah. Saya masih ingat dulu SD saya di Purbalingga, Jawa Tengah sana juga ada Peta Indonesia yang tergambar besar sekali, dan malah dibuat reliefnya. Namun yang saya lihat di SDN 015 Loa Janan ini berbeda, peta ini, kalau boleh saya bilang hampir sempurna. Warna yang digambarkan, menampilkan warna yang secara umum menunjukkan elevasi, kenampakan pulau-pulau di Indonesia dengan baik. Kenapa saya bilang baik? Karena dengan melihat peta tersebut, saya dengan mudah mengenali nama pegunungan, nama provinsi, bahkan negara tetangga yang digambarkan dengan cat warna putih. Melihat peta ini, ingatan saya langsung terbang jauh ke puluhan tahun lalu saat saya masih SD.
Mengenal Indonesia memang bisa semenyenangkan seperti ini ya, melihat Peta Indonesia, digambar dengan cermat, di tempat yang jadi tujuan ratusan anak-anak Indonesia menimba ilmu setiap harinya, bernama sekolah.
Mendapati hal istimewa ini, tidak lupa saya jadikan status di WA. Satu video pendek dengan narasi “ Indonesia yang indah, di suatu tempat di Kutai Kartanegara”
____
Farid Yuniar
staff Bidang Toponim, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim